Aceh menyediakan banyak tempat wisata yang dapat
dikunjungi, namun kejadian Tsunami yang melanda daerah tersebut akhir
tahun lalu membuat tempat wisata Aceh yang kebanyakan wisata pantai ikut
hancur, berikut daftar beberapa tempat wisata di Aceh :
Gambar Masjid Baiturahman
Mesjid Raya Baiturahman yang terletak di pusat kota Banda Aceh yakni di Pasar Aceh merupakan mesjid kebanggan masyarakat Aceh.
Sejarah mencatat pada jaman dulu ditempat ini berdiri sebuah Mesjid
Kerajaan Aceh. Sewaktu Belanda menyerang kota Banda Aceh pada tahun 1873
Mesjid ini dibakar, namun untuk meredam kemarahan rakyat Aceh pada
tahun 1875
Belanda membangun kembali sebuah Mesjid sebagai penggantinya yang berdiri megah saat ini.
Mesjid ini berkubah tunggal dan dibangun pada tanggal 27 Desember
1883. Selanjutnya Mesjid ini diperluas menjadi 3 kubah pada tahun 1935.
Terakhir diperluas lagi menjadi 5 kubah (1959 – 1968).
Gambar Pantai Lampuuk setelah tsunami.
Pantai Lampuuk terletak di pantai barat Aceh. Dari Banda Aceh kurang
lebih 17 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor dalam waktu
kurang dari 30 menit. Namun sayangnya pantai yang cukup terkenal dan
menjadi tempat wisata favorit penduduk Aceh tersebut musnah tersapu
Tsunami.
Pantai ini cukup indah dan dapat digunakan sebagai tempat berenang,
berjemur di pasir putih, memancing, berlayar, menyelam dan kegiatan
rekreasi lainnya.
Disore hari pantai ini terasa lebih indah, dimana kita dapat menyaksikan matahari terbenam yang penuh pesona.
Disekitar pantai Lampuuk juga berdiri megah sebuah pabrik semen
Andalas, namun saat itu pabrik tersebut hanya tinggal kenangan setelah
mengalami kerusakan parah akibat gempa dan Tsunami 26 Desember 2004 yang
lalu.
Dikawasan Pantai Lampuuk, anda dapat bermain golf dengan latar
belakang panorama laut di Padang Golf Seulawah. Sayangnya semua
keindahannya kini tinggal kenangan dan tinggal menungguk pemerintah
memperbaiki wisata yang cukup digemari turis asing tersebut.
Gambar Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh Sabang
Taman Wisata Alam (TWA) Laut Pulau Weh ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 928/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27 Desember
1982 seluas 2.600 Ha.
Secara geografis TWA Laut Pulau Weh terletak pada 0552’ Lintang Utara
dan 9552’ Bujur Timur. Sedangkan secara administrasi pemerintahan
termasuk Kecamatan Sukakarya, Kotamadya Sabang, Propinsi D.I. Aceh dan
dari segi pengelolaan hutannya termasuk Resort Konservasi Sumber Daya
Alam Iboih dan masuk pada Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Propinsi
NAD.
Di TWA Laut Pulau Weh, Sabang terdapat terumbu karang, baik karang
yang keras maupun karang yang lunak dengan berbagai jenis, bentuk dan
warna, yang kesemuanya membentuk gugusan karang yang menarik untuk
dinikmati, antara lain karang dengan nama daerahnya karang lupas, karang
rusa, karang kerupuk.
Selain terumbu karang, TWA Laut Pulau Weh, Sabang dapat ditemui
jenis-jenis ikan karang seperti Angel fish, Tropet fish, Dunsel fish,
Sergeon fish, Grope fish, Parrot fish dan lain-lain. Ikan-ikan ini
berada di sekitar TWA Laut Pulau Weh dan sebagian merupakan endemik di
daerah ini. Selain itu juga banyak ditemukan jenis-jenis ikan ekonomis
seperti Tuna, Kakap, Kerapu, Bayan, Pisang-pisangan dan lain-lain.
Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan di TWA Laut Pulau Weh
adalah kegiatan wisata tirta seperti berselancar, naik sampan, berenang,
memancing, serta menyelam untuk menikmati alam bawah air dengan
keanekaragaman terumbu karang serta ikan-ikan karangnya yang indah.
Beberapa fasilitas yang dapat mendukung kegiatan
wisata antara lain : pondok-pondok penginapan di sekitar Iboih yang
dibangun oleh masyarakat, shelter, MCK, masjid, kios cendera mata dan
hotel yang terdapat di Gapang. Selain itu terdapat berbagai fasilitas
yang berada di Pulau Rubiah yang dibangun oleh Dinas Pariwisata Dati I
D.I. Aceh antara lain : pusat kegiatan menyelam yang dilengkapi dengan
fasilitasnya (perahu motor, peralatan selam), mushola, shelter, MCK,
rumah jaga, menara pengintai, jalan setapak, taman dan instalasi
listrik.
4. Krueng Raya
Gambar Krueng Raya
Krueng Raya berjarak 35 Km dari Banda Aceh merupakan
sebuah nama wilayah. Di daerah tersebut terdapat pelabuhan yang bernama
“Pelabuhan Malahayati” yang sering dipergunakan masyarakat Banda Aceh
untuk menyebrang ke pulau Weh (Sabang). Pelabuhan tersebut akhirnya
dinon aktifkan setelah pelabuhan Ulee Lhe yang lebih megah dibangun
(namun sama saja hancur karena Tsunami). Krueng Raya yang termasuk
daerah dengan kerusakan terparah akibat Tsunami dapat ditempuh dalam
waktu 30 menit dari Banda Aceh.
Di daerah ini juga sangat terkenal dengan pantainya
yang bernama Ujong Batee, disana selain pantainya yang indah juga
terdapat sebuah restoran yang cukup megah yang menyajikan makanan khas
Aceh yang terkenal yaitu Kepiting Besar, Udang Windu, Tiram, Telur
Penyu, dan berbagai hasil laut dan pertanian lainnya. Pantai Ujong Batee
sendiri terletak sekitar 17 km arah timur Banda Aceh. Pantainya yang
ditumbuhi pohon cemara yang lebat merupakan pelindung para pengunjung
bila hari panas sehingga cukup nyaman untuk bersantai. Ujong Batee dalam
bahasa Aceh berarti Ujung Batu, mungkin nama ini diberikan karena dari
pantai inilah kita dapat langsung melihat pulau seberang Sabang
Selain Ujong Batee, di Krueng Raya juga terdapat
daerah wisata bernama Lamreh, daerah ini merupakan daerah bukit yang
dulunya tandus, namun kini telah ditanami berbagai pohon. Dari sini kita
dapat menyaksikan panorama laut yang indah seperti terlihat pada gambar
dihalaman ini.
Gambar Rumah Aceh
Kota Banda Aceh memiliki sebuah Museum Negeri yang terletak dalam
sebuah Kompleks. Bangunan induk Museum berupa sebuah rumah tradisional
Aceh, dibuat pada tahun 1914 untuk Gelanggang Pameran di Semarang, yang
kemudian dibawa pulang ke Banda Aceh tahun 1915 oleh Gubernur Van Swart
(Belanda) yang kemudian dijadikan Museum. Rumoh Aceh adalah sebuah rumah
panggung yang berpintu sempit namun didalamnya seluruh ruangan tersebut
tidak bersekat.
Sekarang ini lingkungan Museum ini telah bertambah dengan bangunan
baru yang mengambil motif-motif bangunan Aceh seperti halnya bangunan
Balai Pertemuan yang berbentuk kerucut yang bentuknya diambil dari cara
orang Aceh membungkus nasi dengan daun pisang yang dinamakan “Bukulah”.
Bukulah ini antara lain dihidangkan pada kenduri-kenduri tertentu
seperti Kenduri Blang, Kenduri Maulid Nabi Besar Muhammad Saw dan lain
sebagainya.
Ruang pamer Museum yang baru, memiliki bangunan 3 lantai, dipenuhi
oleh berbagai koleksi barang-barang purbakala yang ditata dengan baik.
Salah satu koleksi Museum ini adalah Lonceng Besar yang diberi nama
“CakraDonya”. Lonceng ini merupakan hadiah dari Kerajaan Cina tempo dulu
yang dibawa oleh Laksamana Ceng Ho pada tahun 1414. Beranda depan
Museum memiliki bentuk khas yang juga memperlihatkan ukiran-ukiran kayu
dengan motif Aceh. Banyak hal yang menarik dimuseum yang bersebelahan
dengan pendopo Gubernur Aceh itu sehingga banyak murid sekolah yang
berkunjung setiap harinya.
Dikompleks ini sekaligus dijumpai makam sultan-sultan Aceh dimasa
lalu. Makam para Sultan pada umumnya dinuat dari Batu Gunung dan dihiasi
dengan Kaligraphi Arab yang indah mempesona, salah satunya adalah Makam
Sultan Iskandar Muda.
Gambar Gunong
Gunongan merupakan sebuah bangunan peninggalan Sultan Iskandar Muda
(1608-1636) untuk permaisurinya Putri Phang.Menurut sejarah, Putri Phang
selalu merasa rindu akan kampung halamannya, Pahang – Malaysia. Sultan
kemudian mengetahui bahwa kegusaran permaisurinya itu karena di Pahang
Istananya dikelilingi oleh perbukitan dimana permaisuri dapat bermain,
namun disini tidak.
Lalu Sultan membangun sebuah gunung buatan yaitu Gunongan dimana
permaisuri dapat memanjatinya. Begitu bangunan ini siap, permaisuri
menjadi berbahagia dan lebih banyak menghabiskan waktunya disini
terutama pada saat matahari akan tenggelam. Gunongan terletak dalam
sebuah komplek di Jl Teuku Umar Banda Aceh, dimana daerah tersebut luput
dari keganasan Tsunami.
Banda Aceh memiliki pemandangan laut yang luar biasa bagusnya,
pemandangan laut tersebut juga menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan
asing, kota ini memang merupakan kota pesisir pantai barat Sumatera,
maka tak heran kota ini termasuk parah akibat terjangan Tsunami.
Pemandangan laut Aceh tidaklah kalah dengan Bali ataupun Lombok.
Selain laut, pemandangan udara Banda Aceh juga sangat indah ini
dimungkinkan mengingat kurangnya polusi di daerah tersebut. Kendaraan di
Aceh juga tidak sebanyak di daerah lain. berikut beberapa gambar
pemandangan laut dan udara Banda Aceh:
Jika sobat ingin mengkopas atau memperbanyak artikel di atas silahkan saja, karena blog ini memang khusus diciptakan untuk berbagi. Terima kasih telah Berkunjung, Semoga Artikel diatas bermanfaat. . .
Jangan lupa tinggalkan JEMPOL dan KOMENTAR anda sebagai oleh-oleh. . .^^
0 komentar:
Posting Komentar