Kamis, 30 Agustus 2012

10 Ikon Terkenal Terkait Aceh



1. Peta Aceh, adalah lambang yang menunjukkan batasan geografis pemerintahan Aceh. Areal geografis ini, menurut perjanjian Helsinki (MoU Helsinki) antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditanda-tangani di luar Kota Helsinki di Finlandia pada 16 Agustus 2005, adalah merujuk pada batas yang telah ditetapkan pada 1 Juli 1956. 



2. Pintô Aceh (Pintu Aceh), adalah ukiran simetris khas Aceh yang melambangkan upaya imunitas Aceh dalam menangkal pengaruh-pengaruh budaya yang bertentangan yang datang dari luar. Ikon ini juga melambangkan universalitas Aceh sebagai warga dunia, bukan untuk bersembunyi di balik pintu itu, tetapi untuk keluar dan berbaur dengan masyarakat dunia lain dalam hubungan yang saling menguntungkan.



3. Cap Sikureung (Segel Sembilan) adalah segel Pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam. Pada lingkaran tengah, tertulis dalam huruf Arab adalah nama Kepala Negara (Raja/Ratu) yang sedang memerintah, pada delapan lingkaran yang mengelilinginya tertulis nama-nama Kepala Negara sebelumnya. Jadi, Cap Sikureung akan berganti seiring pertukaran pemerintahan.



4. Mesjid Raya Baiturrahman, adalah ikon keber-agamaan masyarakat Aceh. Mesjid Raya Baiturrahman terletak di Pusat Kota Banda Aceh yang dulu bernama Kutaradja. Dan telah menjadi landmark Aceh, sekaligus kebanggaan masyarakat Aceh secara umum. Ukuran masjid ini cukup besar, mempunyai menara yang tinggi dan juga balutan cat putih. Luasnya mencapai empat hektar dengan tujuh kubah, empat menara, dan satu menara induk, menjadikan masjid ini sebagai salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara. Ruangan dalamnya mencapai 4.760 m2 dan mampu menampung hingga 9.000 jemaah. Uniknya, lantai marmer di dalam masjidnya adalah buatan Italia. 

Pada masa perang melawan kolonial, Mesjid ini pernah menjadi Pusat Komando perjuangan. Ketika Belanda menguasai kota, Mesjid ini kemudian dibakar pada bulan Shafar 1290/April 1873 M. Dalam Peristiwa pembakaran ini, dikabarkan Jenderal Belanda, Kohler, tewas.



5. Kupiah Meukeutôp (Topi khas Aceh), adalah penutup kepala seperti topi, tapi tidak dipakai dalam keseharian karena lumayan berat. Kupiah ini lebih sebagai lambang kebangsawanan, sering dipakai pada acara-acara adat untuk menunjukkan kebesaran dan penghormatan pada budaya, semisal ketika seseorang melangsungkan pernikahan. Ngomong-ngomong, ini adalah pelengkap pakaian lelaki, jadi hanya pengantin lelaki (dalam bahasa Aceh disebut "Lintô Barô") yang memakai kupiah ini. :)



6. Rumoh Aceh (Rumah adat Aceh). Bahan pembuatan rumah Aceh adalah keseluruhannya kayu, tanpa menggunakan paku, tetapi digunakan pasak-pasak kayu sebagai alat yang berfungsi mirip paku. Rumah Aceh dibangun tinggi (dengan tiang-tiang penyangga) demi menghindari terjadinya masalah dengan binatang liar yang berkeliaran di malam hari, juga sebagai antisipasi ancaman banjir. Dalam rumah Aceh tidak ada bilik (kamar) khusus lelaki bujang. Para pria bujang akan menghabiskan malam di meunasah (surau).


 

7. Rincông (Rencong) adalah senjata pendek khas Aceh, seumpama keris dalam budaya Jawa dan Melayu. Rincông pada saat ini juga menjadi pelengkap busana adat Aceh pada acara-acara kebesaran dan diselipkan di pinggang bagian depan (depan perut). 



8. Genta (Lonceng) Cakra Donya, sekarang diletakkan di Musium Aceh, Banda Aceh. Lonceng yang dibawa oleh Cheng Ho ini adalah pemberian Kaisar Tiongkok, pada abad ke-15 kepada Raja Pasai. Ketika Pasai ditaklukkan oleh Aceh Darussalam pada tahun 1524, lonceng ini dibawa ke Kerajaan Aceh. Pada awalnya lonceng ini ditaruh diatas kapal Sultan Iskandar Muda yang bernama "Cakra Donya" waktu melawan Portugis, maka itu lonceng ini dinamakan Cakra Donya. Kapal Cakra Donya ini bagaikan kapal induk armada Aceh pada waktu itu dan berukuran sangat besar, sehingga Portugis menamakannya "Espanto del Mundo" (Teror Dunia). Kemudian Loncengyang bertuliskan aksara Tionghoa dan Arab (sudah tak dapat dibaca lagi aksaranya sekarang) ini diletakkan dekat mesjid Raya Baiturrahman yang berada dikompleks Istana Sultan. Namun sejak tahun 1915 lonceng ini dipindahkan ke Musium Aceh dan ditempatkan didalam kubah hingga sekarang (halaman Musium). Lonceng Cakra Donya ini telah menjadi benda sejarah kebanggaan orang Aceh hingga sekarang. Lonceng ini juga juga merupakan bukti dan simbol hubungan bersejarah antara Tiongkok dan Aceh sejak abad ke-15.



9. Pintô Khôp dan Gunongan. 

Gunongan :
Gunongan dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada abad XVII, sebagai lambang cintanya pada isterinya, Putroe Phang asal Negeri Pahang (saat ini Negara Bagian Malaysia). Gunongan ini berlokasi di Jalan T. Umar, Seutui, Banda Aceh. 

Pintô Khôp :
Pinto Khop merupakan sebuah pintu penghubung antara istana dengan taman Putroe Phang. Bangunan ini berbentuk kubah yang letaknya tidak jauh dari Gunongan. Pinto Khop dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda. Monumen yang terletak di Banda Aceh ini sekarang menjadi objek wisata sejarah di Banda Aceh.



10. Kupi (Kopi), adalah minuman khas di Aceh. Hampir setiap sudut Aceh terdapat warung kopi. Pada pertengahan 90an, saya pernah membaca sebuah tagline di sebuah t-shirt berbunyi "Banda Aceh, The City With a Thousand Coffee Shop", saya rasa, itu tidak hanya berlaku pada kota Banda Aceh saja.


Demikianlah Artikel singkat tentang 10 ikon terkenal terkait Aceh, meskipun pada dasarnya Aceh tidak hanya terbatas pada 10 ikon ini. Ada banyak objek wisata potensial yang bisa dikembangkan di Aceh untuk menjadi salah satu pengait devisa potensial, sesuai dengan nilai-nilai ke-Aceh-an yang islami tentunya.




Jika sobat ingin mengkopas atau memperbanyak artikel di atas silahkan saja, karena blog ini memang khusus diciptakan untuk berbagi. Terima kasih telah Berkunjung, Semoga Artikel diatas bermanfaat. . .

Jangan lupa tinggalkan JEMPOL dan KOMENTAR anda sebagai oleh-oleh. . .^^

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
gambar